Sala memang menjadi salah satu cemilan yang jadi kebanggaan orang Pariaman. Ya, kata yang tertulis memang sala. Sala juga bukan pemain sepak bola asal Mesir yang merumput di Liverpool saat ini. Itu Momamed Salah bukan Mohamed Sala. Tidak ada sebuah kata yang tipo dalam sala itu. Mudah-mudahan tulisan ini tidak dikomentar oleh Pemda Kota Pariaman seperti yang dilakukan Pemprov Sumatera Barat baru-baru ini seperti yang diberitakan terkait dengan kata “Randang” namun kebanyakan masyarakat Indonesia berkata”Rendang”. “Sala” memang kata yang benar dan “Salah” juga merupakan kata yang benar. Namun yang menjadi andalan Orang Pariaman ini memang bukanlah sebuah salah, tetapi sebuah sala.
Darah Pariaman memang bagian dari diri saya. Rumah nenek saya berada di pusat kota Pariaman yang berjarak ±500 m dari Stasiun Kereta Api atau sekitar 500 m dari bibir Pantai Cermin yang menjadi objek wisata unggulan kota Pariaman. Sala memang beredar secara massive di kota ini. Kata sala dapat diartikan sebagai 'goreng', artinya istilah ini digunakan untuk berbagai jenis bahan makanan yang diolah dengan cara digoreng. Biasanya kata sala tidak bisa berdiri sendiri. Kata Sala biasanya diikuti dengan kata lain dalam bentuk berbagai macam jenis jajanan seperti sala lauak, sala kapitiang ataupun sala udang.
Udang memang tidak terlihat asing. Udang yang dimaksud memang udang, jenis binatang laut dari kelompok satu filum invertebrata, yaitu hewan berbuku-buku (Arthropoda). Arthropoda berasal dari kata anthros yang artinya sendi dan podos yang artinya kaki. Contoh hewan lain dalam kelompok ini selain udang adalah laba-laba, kepiting, serangga, dan kaki seribu.
. Kalau kapitiang mungkin sering disampaikan oleh Danang dan Darto di acara The Comment. Kalau Lelucon mereka bertema “Apa Bahasa Padang dari…”. kira-kira berikut lengkapnya: kucing jadi kuciang, kepiting jadi kapitiang, kambing jadi kambiang, kupiiiiiing? Talingo. Sebuah lelucon yang aneh. Lain dengan mereka lain dengan dengan pula segerombolan remaja wanita asli Padang. Versi dari Media Sosial cenderung berkata: “Di padang tidak ada Warung.. Trus adanya apa? … Lapau”. Sayangnya kepiting tidak diikutsertakan. Jadi saya tidak perlu membahas lebih detail terkait masalah ini.
Sedangkan sala lauak secara sederhana berarti ikan goreng. Namun bukan ikan yang benar-benar digoreng ataupun dipresto. Sala lauak sama sekali tidak seperti yang dibayangkan. Sala lauak merupakan hidangan berbentuk gumpalan sebesar ibu jari yang terbuat dari adonan daging ikan yang dihaluskan dan dicampur tepung. Adonan tersebut kemudian dibentuk menjadi gumpalan dan digoreng hingga berwarna cokelat keemasan. Gumpalan-gumpalan berstekstur renyah ini memiliki cita rasa yang dominan asin dan gurih dengan aroma rempah berasal dari beberapa jenis bumbu yang ditambahkan di dalamnya. Sala lauak yang paling umum adalah yang berbentuk bulat sebesar bola pingpong. Jadi jangan salah, sala itu juga bola.
Gambar sala lauak
Begitulah sayangnya istri kepada suaminya. Agar taragak (rindu) kampung nan jauah di mato namun dekat di hati bisa terobati, sang istri membawakan sang suami sala lauak. Meskipun bukan sala lauak asli Pariaman, namun sala ini tetap asli kok, asli bisa dimakan. Hehehe.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment