Saturday, 1 December 2018

Bola Edisi I


Berbagai macam persepsi bisa terbentuk ketika memikirkan tentang kata ini. Para pria akan langsung berasumsi tentang rivalitas abadi antara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi ataupun tentang sebuah event empat tahunan yang disebut dengan World Cup. Perspektif berbeda tentu akan terjadi jika yang mendengarnya adalah rombongan anak-anak. Mereka bakal berpikiran bahwa bola itu identik dengan gundu atau kelereng. Kelereng dengan berbagai warna dan bentuk mulai dari yang pelangi, planet hingga berwarna susu menjadi idola bagi sebagian anak (jaman saya). Memang gundu sampai sekarang masih menjadi mainan para anak-anak, namun tidak sepopuler dari dari “bola”nya Bruno di Mobile Legends.
Lain halnya dengan kalangan anak-anak, akan berbeda pula dengan yang dilakukan seorang yang hobinya melamun, bola yang terpikirkan bagi mereka adalah bola bandul atau dengan nama lengkap Bandul Bola Besi Berayun.

Gambar Bandul Bola Besi Berayun
Bola bandul memang mempunyai suatu keunikan karena tidak akan berhenti bergerak hingga momentumnya hilang. Jadi yang ingin menghabiskan waktu dengan tidak melakukan apapun bandul berayun ini sangat disarankan. Very recommended seperti itulah. Tapi dari semua itu yang paling saya bingungkan adalah yang dipikirkan oleh seorang fisikawan. Mengapa ketika berbicara tentang bandul mereka malah menghitung periode, frekuensi amplitudo bandulnya. Beginilah kira-kira contoh soalnya:
Bandul bola besi berayun dari A-B-C selama 0,6 s. Jarak A-C = 15 cm. Tentukan :
A.    periode ayunan,
B.     frekuensi ayunan,
C.     amplitudo ayunan, dan
D.    periode ayunan jika A-C= 20 cm
kalau anda mau menjawab silahkan. Tetapi bagi saya yang menjadi jawabannya adalah bandulnya bergerak dan akan berhenti ketika ada reaksi fisi dari atom hidrogen atau bom atom. Begitulah kesimpulan saya

0 comments:

Post a Comment