Berbagai macam persepsi bisa terbentuk ketika memikirkan tentang
kata ini. Para pria akan langsung berasumsi tentang rivalitas abadi antara
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi ataupun tentang sebuah event empat tahunan
yang disebut dengan World Cup. Perspektif berbeda tentu akan terjadi jika yang
mendengarnya adalah rombongan anak-anak. Mereka bakal berpikiran bahwa bola itu
identik dengan gundu atau kelereng. Kelereng dengan berbagai warna dan bentuk
mulai dari yang pelangi, planet hingga berwarna susu menjadi idola bagi
sebagian anak (jaman saya). Memang gundu sampai sekarang masih menjadi mainan
para anak-anak, namun tidak sepopuler dari dari “bola”nya Bruno di Mobile
Legends.
Lain halnya dengan kalangan anak-anak, akan berbeda pula dengan yang dilakukan seorang
yang hobinya melamun, bola yang terpikirkan bagi mereka adalah bola bandul atau
dengan nama lengkap Bandul Bola Besi Berayun.
Gambar Bandul
Bola Besi Berayun
Bola bandul memang mempunyai suatu keunikan karena tidak akan
berhenti bergerak hingga momentumnya hilang. Jadi yang ingin menghabiskan waktu
dengan tidak melakukan apapun bandul berayun ini sangat disarankan. Very recommended
seperti itulah. Tapi dari semua itu yang paling saya bingungkan adalah yang
dipikirkan oleh seorang fisikawan. Mengapa ketika berbicara tentang bandul
mereka malah menghitung periode, frekuensi amplitudo bandulnya. Beginilah kira-kira
contoh soalnya:
Bandul bola besi berayun dari A-B-C selama 0,6 s. Jarak A-C = 15
cm. Tentukan :
A.
periode
ayunan,
B.
frekuensi
ayunan,
C.
amplitudo
ayunan, dan
D.
periode
ayunan jika A-C= 20 cm
kalau anda mau menjawab silahkan. Tetapi bagi saya yang menjadi
jawabannya adalah bandulnya bergerak dan akan berhenti ketika ada reaksi fisi
dari atom hidrogen atau bom atom. Begitulah kesimpulan saya
0 comments:
Post a Comment